PURWOKERTO – Bagi Lilis Fitriani, perjalanan menuju Jepang bukan sekadar cerita tentang kesempatan bekerja di Negeri Sakura. Lebih dari itu, ini adalah kisah perjuangan, keberanian, dan keteguhan seorang mahasiswi Universitas Harapan Bangsa (UHB) yang harus melewati berbagai tantangan sebelum akhirnya menginjakkan kaki di Jepang.
Lilis Fitriani, gadis kelahiran Banyumas, 20 November 2023, sejak lulus dari SMK sebenarnya sudah ingin langsung bekerja melalui BKK di sekolahnya. Bahkan, ia sempat diterima bekerja di Jakarta. Namun, sang ibu, Suwarti, memiliki pandangan lain. Ia ingin Lilis melanjutkan pendidikan agar lebih siap menghadapi dunia kerja. “Awalnya memang ingin kerja langsung, tapi kan tidak boleh sama Ibu. Nah, di UHB ternyata ada Program Magang Jepang, jadi saya sangat ingin tahu bagaimana rasanya bekerja di luar negeri juga,” ujar Lilis.
Keputusan untuk mengikuti program ini bukan hal mudah bagi Lilis. Selain harus meyakinkan ibunya, ia juga menghadapi kendala kesehatan yang bisa membuatnya gagal dalam tes kesehatan sebelum keberangkatan. Hingga akhirnya Lilis memutuskan untuk melakukan operasi. “Mungkin karena saya anak bungsu, jadi Ibu memang khawatir saya kenapa-kenapa, apalagi ini kan magangnya di Jepang, jauh dari Indonesia juga. Jadi menurut saya wajar kalau Ibu melarang.” Meski ragu, Lilis akhirnya memutuskan untuk tetap menjalani operasi yang sudah ia butuhkan sejak lama.
“Saya sempat bimbang, tapi akhirnya saya memberanikan diri bilang ke Ibu untuk operasi. Karena menurut saya, mau berangkat magang atau tidak, saya tetap harus dioperasi. Jadi akhirnya saya ikhtiar operasi sembari meyakinkan Ibu.” Usaha tidak mengkhianati hasil. Setelah operasi, sang ibu akhirnya memberi restu. Tak hanya itu, Lilis juga berhasil lolos Medical Check Up (MCU) dan IGRA, dua syarat wajib sebelum keberangkatan ke Jepang. “Niat baik memang selalu menemukan jalan terbaik pula. Itu yang sampai sekarang saya pegang dalam hidup.”
Sejak pertengahan Desember 2024, Lilis resmi berada di Jepang. Meski awalnya kesulitan memahami bahasa Jepang yang diucapkan terlalu cepat, ia berhasil beradaptasi dalam waktu dua minggu. Namun, ada hal lain yang lebih menantang baginya: budaya dan makanan. “Saya tidak terlalu bisa makan makanan Jepang, jadi selama ini lebih sering masak sendiri di Apato. Tapi kadang-kadang tetap jajan camilan dan minuman dari luar.”
Selain itu, ia juga menemukan bahwa pergaulan di Jepang berbeda jauh dari di Indonesia, terutama dalam hal kepercayaan dan gaya hidup. “Banyak orang Jepang yang tidak memiliki agama, dan budaya mereka juga sangat berbeda. Tapi itu bukan masalah besar, selama kita bisa menjaga diri sebaik mungkin,” tegasnya.
Magang di rumah sakit Jepang juga membawa tantangan tersendiri bagi Lilis. Pekerjaannya sehari-hari melibatkan perawatan lansia, termasuk mengganti popok, memandikan pasien, dan memindahkan pasien dari tempat tidur ke kursi roda. “Yang paling berat menurut saya adalah saat harus mengangkat pasien dari tempat tidur ke kursi roda atau sebaliknya. Saya sampai pakai koyo untuk mengurangi sakit punggung karena sering angkat-angkat orang tua. Tapi ini jadi pengalaman yang menurut saya menarik,” jelasnya.
Selama di Jepang, Lilis memiliki impian sederhana: mengunjungi Disneyland di Tokyo. Namun, ia sadar bahwa perjalanan tersebut membutuhkan waktu dan biaya, sehingga saat ini fokus utamanya adalah menabung. Selain itu, ia berkomitmen untuk memenuhi harapan ibunya dengan menyisihkan gaji magangnya demi pendidikan NERS serta membayar kuliahnya setelah program magang selesai.
Ke depannya, Lilis berharap bisa kembali ke Jepang untuk bekerja. “Di sini ada senpai yang memiliki toko olahan makanan. Jadi kalau ada kesempatan, saya bisa kembali lagi untuk bekerja. Atau kalau bisa, saya ingin kembali sebagai perawat atau minimal asisten perawat. Karena ada juga teman magang dari Jawa Timur yang sudah menjadi asisten perawat di tempat saya bekerja.”
Kisah Lilis Fitriani adalah bukti bahwa ketekunan dan niat baik selalu membawa hasil yang terbaik. Dari seorang anak bungsu yang harus berjuang mendapatkan restu ibu, menjalani operasi, hingga akhirnya bisa berangkat ke Jepang dan menata masa depannya. “Saya percaya bahwa setiap perjuangan pasti ada jalannya. Jika kita punya niat baik dan mau berusaha, pasti akan ada jalan terbaik yang diberikan untuk kita.”
Terpisah, Rektor Universitas Harapan Bangsa, Dr. Yuris Tri Naili, S.H., KN., M.H., mengapresiasi semangat Lilis dalam mengikuti Program Magang Jepang. Menurutnya, program ini adalah bagian dari komitmen universitas untuk memberikan pengalaman internasional bagi mahasiswanya.
“Kami di UHB sangat mendukung mahasiswa yang ingin mengembangkan diri melalui program internasional seperti Magang Jepang ini. Lilis adalah salah satu contoh mahasiswa yang memiliki tekad kuat untuk belajar dan bekerja di luar negeri. Kami berharap pengalaman ini akan memberikan manfaat besar bagi dirinya dan juga bagi mahasiswa lain yang ingin mengikuti jejaknya,” ujar Dr. Yuris.